FIREWALL
Firewall adalah sebuah bagian dari sistem komputer atau jaringan yang didesain untuk memblok atau mengijinkan sebuah jaringan lain untuk mengakses jaringan kita. Firewall bisa berbentuk hardware atau software atau pun kombinasi dari keduanya.
Firewall digunakan untuk melindungi jaringan kita dari jaringan-jaringan yang berpotensi menimbulkan bahaya ke dalam sistem kita. Seluruh pesan yang masuk atau meninggalkan jaringan kita melalui firewall akan dicek setiap pesan dan memblok setiap pesan yang tidak memenuhi kriteria yang telah kita tetapkan di dalam firewall
Firewall merupakan perangkat jaringan yang berada di dalam kategori perangkat Layer 3 (Network layer) dan Layer 4 (Transport layer) dari protocol 7 OSI layer. Seperti diketahui, layer 3 adalah layer yang mengurus masalah pengalamatan IP, dan layer 4 adalah menangani permasalahan port-port komunikasi (TCP/UDP). Pada kebanyakan firewall, filtering belum bisa dilakukan pada level data link layer atau layer 2 pada 7 OSI layer. Jadi dengan demikian, sistem pengalamatan MAC dan frame-frame data belum bisa difilter.
IPTABLES
Maka dari itu, kebanyakan firewall pada umumnya melakukan filtering dan pembatasan berdasarkan pada alamat IP dan nomor port komunikasi yang ingin dituju atau diterimanya. Firewall yang sederhana biasanya tidak memiliki kemampuan melakukan filtering terhadap paket berdasarkan isi dari paket tersebut. Sebagai contoh, firewall tidak memiliki kemampuan melakukan filtering terhadap e-mail bervirus yang kita download atau terhadap halaman web yang tidak pantas untuk dibuka. Yang bisa dilakukan firewall adalah melakukan blokir terhadap alamat IP dari mail server yang mengirimkan virus atau alamat halaman web yang dilarang untuk dibuka. Dengan kata lain, firewall merupakan sistem pertahanan yang paling depan untuk jaringan Anda.
Di artikel ini akan dijelaskan tentang iptables, sebuah aplikasi firewall terbaik yang biasa digunakan oleh para administrator linux. Iptables merupakan aplikasi yang dibuat oleh proyek the netfilter.org. Sebelum membuat iptables yang berjalan mulai dari linux kernel 2.4.x sampai sekarang, proyek tersebut sudah membuat aplikasi ipchains untuk kernel 2.2.x dan aplikasi ipfwadm untuk kernel 2.0.x. Saat ini, banyak distro-distro besar sudah memaketkan firewall di dalam distro mereka sehingga memudahkan kita untuk menginstal iptables ke dalam sistem kita.
Pada tutorial kali ini kita akan menggunakan distro Centos 5.4. Tutorial iptables pada artikel ini hanya menjelaskan tentang dasar-dasar iptables saja dan aplikasi iptables pada jaringan lokal saja.
Untuk melihat apakah di dalam sistem kita sudah terinstal paket-paket iptables, ketikkan perintah berikut:
# rpm -qa | grep iptables
Jika memang belum terinstal, ketikkan perintah berikut:
# yum -y install iptables*
Agar iptables dapat berjalan otomatis setelah restart, gunakan perintah:
# chkconfig iptables on
Untuk melihat status iptables, gunakan perintah:
# service iptables status
Untuk menyalakan iptables, gunakan perintah:
# /etc/init.d/iptables start
Untuk mematikan iptables, gunakan perintah:
# /etc/init.d/iptables stop
Untuk merestart iptables, gunakan perintah:
# /etc/init.d/iptables restart
Sebelum melangkah lebih lanjut, pastikan firewall di sistem kita di enable yaitu dengan cara ketik setup lalu pilih Firewall configuration. Setelah itu, pada bagian Security Level beri tanda bintang pada item Enabled lalu pilih tombol OK.
Sintaks Iptables
Secara umum, sintaks iptables dapat dituliskan seperti berikut:
# iptables [-t table] command [match] [target/jump]
Penjelasan dari sintaks di atas dapat dijelaskan di bawah ini:
1. Table
IPTables memiliki beberapa buah tabel yaitu NAT, MANGLE, dan FILTER. Penjelasannya adalah:
a. Table Mangle: tabel yang bertanggung jawab untuk melakukan penghalusan (mangle) paket seperti merubah quality of service (QOS), TTL, dan MARK di header TCP. Biasanya tabel ini jarang digunakan di lingkungan SOHO.
b. Table Filter: yaitu tabel yang bertanggung jawab untuk pemfilteran paket.
Tabel ini mempunyai 3 rantai (chain) yaitu:
1. Rantai Forward yaitu rantai yang memfilter paket-paket yang akan ke server yang dilindungi oleh firewall. Rantai ini digunakan ketika paket-paket datang dari IP Publik dan bukan dari IP lokal.
2. Rantai Input: yaitu rantai yang memfilter paket-paket yang ditujukan ke firewall.
3. Rantai Output: yaitu rantai yang memfilter paket-paket yang berasal dari firewall.
c. Tabel NAT: yaitu rantai yang bertanggung jawab untuk melakukan Network Address Translation (NAT). NAT yaitu mengganti field asal atau alamat tujuan dari sebuah paket.
Pada tabel ini terdapat 2 rantai, yaitu:
1. Rantai Pre-Routing: Merubah paket-paket NAT dimana alamat tujuan dari paket-paket tersebut terjadi perubahan. Biasanya dikenal dengan destination NAT atau DNAT.
2. Rantai Post-Routing: Merubah paket-paket NAT dimana alamat sumber dari paket-paket tersebut terjadi perubahan. Biasanya dikenal dengan source NAT atau SNAT
Jalannya sebuah paket melalui bisa seperti penjelasan sebagai berikut:
1. Perjalanan Paket yang diforward ke host yang lain
a. Paket berada pada jaringan fisik (Network) dan masuk ke interface jaringan
b. Paket masuk ke rantai PREROUTING pada tabel MANGLE dan tabel NAT
c. Paket mengalami Routing apakah akan diproses oleh host lokal atau diteruskan ke host lain
d. Paket masuk ke rantai FORWARD pada tabel MANGLE dan tabel FILTER
e. Paket masuk ke rantai POSTROUTING pada tabel MANGLE dan tabel NAT
f. Paket keluar menuju ke interface jaringan
g. Paket kembali pada jaringan fisik (Network)
2. Perjalanan paket yang ditujukan bagi host lokal
a. Paket berada pada jaringan fisik (Network) dan masuk ke interface jaringan
b. Paket masuk ke rantai PREROUTING pada tabel MANGLE dan tabel NAT
c. Paket mengalami Routing
d. Paket masuk ke rantai INPUT pada tabel MANGLE dan tabel FILTER untuk mengalami proses penyaringan
e. Paket akan masuk ke proses lokal (Local Process)
3. Perjalanan paket yang berasal dari host lokal
a. Aplikasi lokal menghasilkan paket data yang akan dikirimkan melalui jaringan
b. Paket masuk ke rantai OUTPUT pada tabel MANGLE, lalu ke tabel NAT, kemudian ke tabel FILTER
c. Paket mengalami Routing
d. Paket masuk ke rantai POSTROUTING pada tabel MANGLE dan tabel NAT
e. Paket keluar menuju ke interface jaringan
f. Paket kembali pada jaringan fisik (Network)
COMMAND
command pada baris perintah iptables yang akan memberitahu apa yang harus dilakukan terhadap lanjutan sintaks perintah. Berikut adalah beberapa command pada iptables:
command Deskripsi
- -A (–append) Menambah aturan pada akhir rantai sehingga akan dieksekusi terakhir
contoh : iptables -A INPUT - -D (–delete) Menghapus sebuah aturan pada rantai yang dilakukan dengan cara menyebutkan secara lengkap perintah yang ingin dihapus atau dengan menyebutkan nomor baris dimana perintah akan dihapus.
Contoh : Iptables –D –s 192.168.1.3 - -I (–insert) Memasukkan aturan pada sebuah baris rantai. Berbeda dengan perintah append, perintah insert akan menempati baris yang dimaksud dan aturan awal yang menempati baris tersebut akan digeser ke bawah
Contoh : iptables –I INPUT 3 –s 192.168.1.3 –j ACCEPT - -L (–list) Menampilkan semua aturan pada sebuah tabel. Perintah ini akan dikombinasikan dengan opsi -v (verbose), -n (numeric), -x (exact), dan –line-number
Contoh : iptables –t nat –L - -F (–flush) Mengosongkan aturan pada sebuah chain
Contoh : iptables –F OUTPUT - -N (–new-chain) Membuat rantai baru
Contoh : iptables –N eth0-IN - -X (–delete-chain) Menghapus rantai yang disebutkan
Contoh : iptables –x eth0-IN - -E (–rename-chain) Merubah suatu nama rantai
Contoh : iptables –E eth0_IN eth0_masuk - -P (–policy) Membuat kebijakan default pada sebuah rantai
- -p (–protocol) Mengecek tipe protokol tertentu. Tanda inverse(!) berarti kecuali. Misalnya protocol ! tcp berarti kecuali tcp
Contoh : iptables -A INPUT -p tcp - -s (–source) Mencocokkan paket berdasarkan alamat IP asal. Bisa berbentuk alamat tunggal (mis:192.168.0.1) atau alamat network (mis:192.168.0.0/255.255.255.0 atau 192.168.0.0/24)
iptables -A INPUT -s 192.168.1.3 - -d (–destination) Mencocokkan paket berdasarkan alamat tujuan
iptables -A INPUT -s 192.168.1.3 - -i (–in-interface) Mencocokkan paket berdasarkan interface dimana paket datang dan berlaku pada rantai INPUT, FORWARD, dan PREROUTING
contoh : iptables -A INPUT -i eth0 - -o (–out-interface) Mencocokkan paket berdasarkan interface dimana paket keluar dan berlaku pada rantai OUTPUT, FORWARD, dan POSTROUTING–sport (–source-port) Mencocokkan paket berdasarkan port asal(bisa dilihat di /etc/services). Perintah ini bisa digunakan untuk range port tertentu. Misal range antara port 22 sampai 80 bisa ditulis –sport 22-80. Jika –sport :80 berarti paket dengan port 0-80. Jika –sport 1024: berarti paket dengan port asal 1024-65535
contoh : iptables -A OUTPUT -o eth1 - –dport (–destination-port) Mencocokkan paket berdasarkan port tujuan. Penggunaannya sama dengan –sport
- –syn Memeriksa apakah flag SYN di set dan ACK dan FIN tidak di set. Perintah ini sama dengan kita menggunakan match –tcp-flags SYN,ACK,FIN SYN. Paket dengan perintah tersebut digunakan untuk melakukan request koneksi TCP yang baru terhadap server
- -m mac -mac-source Melakukan pencocokan paket berdasarkan MAC source address\
- -m multiport –source-port Mendefinisikan port atau port range lebih dari satu
- -j (–jump) Perlakuan yang diberikan terhadap paket-paket yang memenuhi kriteria. Setelah perintah ini ada beberapa opsi yaitu:
- ACCEPT: akan mengijinkan paket
- DROP: akan menolak paket
- REJECT: akan menolak paket. Berbeda dengan DROP, REJECT akan memberitahukan error kesalahan kepada user pengirim sedangkan DROP tidak memberitahukan error kesalahan. Opsi untuk REJECT adalah icmp-net-unreachable, icmp-host-unreachable, icmp-port-unreachable, icmp-proto-unreachable, icmp-net-prohibited, dan icmp-host-prohibited. Namun untuk menggunakan opsi-opsi tersebut harus diawali dengan –reject-with
- RETURN: akan membuat paket berhenti melintasi aturan-aturan pada rantai dimana paket tersebut menemui target RETURN
- MIRROR: fungsi utamanya adalah membalik source address dan destination address. Misalnya PC A menjalankan target RETURN kemudian komputer B melakukan koneksi http ke komputer A, maka yang muncul adalah pada browser adalah website komputer B itu sendiri
- LOG: digunakan untuk menentukan tingkat log. Tingkatan log yang bisa digunakan adalah debug, info, notice,warning, err, crit, alert dan emerg. perintah -j LOG –log-prefix digunakan untuk memberikan string yang tertulis pada awalan log, sehingga memudahkan pembacaan log tersebut.
- SNAT Target: Berguna untuk melakukan perubahan alamat asal dari paket (Source Network Address Translation). Target ini berlaku untuk tabel NAT pada rantai POSTROUTING, dan hanya disinilah rantai POSTROUTING. Jika paket pertama dari sebuah koneksi mengalami SNAT, maka paket-paket berikutnya dalam koneksi tersebut juga akan mengalami hal yang sama
- DNAT Target: Digunakan untuk melakukan translasi field alamat tujuan (Destination Network Address Translation) pada header dari paket-paket yang memenuhi kriteria match. DNAT hanya bekerja untuk tabel NAT pada rantai PREROUTING dan OUTPUT atau rantai buatan yang dipanggil oleh kedua rantai tersebut
- MASQUARADE Target: Target ini bekerja dengan cara yang hampir sama seperti target SNAT, tetapi target ini tidak memerlukan option –to-source. Target ini memang ini didesain untuk bekerja pada komputer dengan koneksi yang tidak tetap seperti dial-up atau DHCP yang akan memberi pada kita nomor IP yang berubah-ubah. Target ini hanya bekerja untuk tabel NAT pada rantai POSTROUTING
- REDIRECT Target: Digunakan untuk mengalihkan jurusan (redirect) paket ke mesin itu sendiri. Target ini umumnya digunakan untuk mengarahkan paket yang menuju suatu port tertentu untuk memasuki suatu aplikasi proxy, lebih jauh lagi hal ini sangat berguna untuk membangun sebuah sistem jaringan yang menggunakan transparent proxy. Contohnya kita ingin mengalihkan semua koneksi yang menuju port http untuk memasuki aplikasi http proxy misalnya squid. Target ini hanya bekerja untuk tabel NAT pada rantai PREROUTING dan OUTPUT atau pada rantai buatan yang dipanggil dari kedua rantai tersebut.
Memang banyak sekali dan bisa menjadi sangat sangat kompleks teknik konfigurasi iptables. Pada kesempatan ini kita hanya mencoba melakukan konfigurasi firewall / iptables yang sederhana saja.
Connection Tracking
iptables mengandung sebuah modul yang mengijinkan para administrator untuk memeriksa dan membatasi service-service yang tersedia pada sebuah jaringan internal menggunakan sebuah metode yang disebut connection tracking. Fitur ini merupakan fitur baru di dalam firewall yang ditambahkan sejak kernel 2.4.x. Kemampuan dari connection tracking adalah untuk menyimpan dan menjaga informasi koneksi seperti koneksi baru atau koneksi yang sudah ada yang disertai dengan jenis protokol, alamat IP asal dan alamat IP tujuan.
Dengan menggunakan fitur ini, para administrator dapat menolak atau mengijinkan berbagai macam koneksi. Connection tracking mempunyai beberapa keadaan:- NEW –> Sebuah klien mereques koneksi melalui firewall. Maksudnya server1 menghubungi server2 dengan mengirimkan paket SYN (Synchronize)
- RELATED –> Sebuah koneksi yang mereques sebuah reques baru tetapi masih merupakan bagian dari koneksi yang sudah ada. Maksudnya server2 menerima paket SYN dari server 1 dan kemudian merespon dengan sebuah paket SYN-ACK (Synchronize-Acknowledgment)
- ESTABLISHED –> Sebuah koneksi yang merupakan bagian dari koneksi yang sudah ada. Maksudnya server 1 menerima paket SYN-ACK dan kemudian merespon dengan paket ACK (Acknowledgment).
- INVALID –> Sebuah keadaan dimana tidak ada keadaan seperti 3 keadaan di atas Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh dibawah ini:
Misalnya kita ingin menggunakan service ftp pada IP=132.456.78.9, maka pada saat kita mengetikkan
# ftp 132.456.78.9
perintah tersebut akan membuka koneksi baru (NEW)
Lalu pada saat kita ingin mengambil sebuah file dari IP tersebut, misalnya paket yang bernama file.tar.gz, maka pada saat kita mengetikkan:
ftp> get file.tar.gz
itu berarti kita telah membuat keadaan koneksi ESTABLISHED.
Jika kita menggunakan sebuah koneksi ftp pasif, dimana port koneksi clien adalah 20 tetapi port transfer menggunakan port 1024 atau yang lebih besar, maka pada saat kita mengetikkan
ftp> pass
Passive mode on
kita harus menggunakan keadaan koneksi RELATED pada firewall jika kita mengijinkan akses ftp secara pasif.
Fungsi lain dari connection tracking yaitu ketika kita sudah mendefinisikan sebuah rule di chain tertentu, maka trafik network yang terkait dengan rule tersebut tidak perlu disebutkan lagi. Misalnya kita ingin menolak ssh dari sebuah IP, maka kita cukup mendefinisikan rule tersebut di chain INPUT saja, yang di outputnya tidak perlu lagi.
caranya adalah
# iptables -I INPUT -m state --state RELATED,ESTABLISHED -j ACCEPT
# iptables -I INPUT -m state --state RELATED,ESTABLISHED -j ACCEPT
Di bawah ini adalah contoh iptables untuk mengijinkan service ssh dengan IP 132.456.78.9 masuk dan keluar serta hanya mengijinkan koneksi baru dan establlished untuk service ssh tersebut.
# iptables -A INPUT -p tcp -s 0/0 --sport 513:65535 -d 64.67.33.76 --dport 22 -m state --state NEW,ESTABLISHED -j ACCEPT
# iptables -A OUTPUT -p tcp -s 132.456.78.9--sport 22 -d 0/0 --dport 513:65535 -m state --state ESTABLISHED -j ACCEPT
Contoh-Contoh
Ada dua pendekatan di dalam Iptables yaitu pendekatan positif dan pendekatan negatif. Pendekatan positif yaitu dimana seluruh port ditutup sedangkan pendekatan negatif yaitu dimana seluruh port dibuka. Untuk melihat apakah sistem iptables kita menggunakan pendekatan positif atau negatif (namun, pada umumnya linux secara default menggunakan pendekatan negatif) ketikkan iptables -L dan lihat kata setelah kata POLICY. Jika ada kata ACCEPT maka berarti pendekatan yang digunakan adalah negatif. Di tutorial ini kita akan menggunakan pendekatan negatif.
Berikut adalah contoh-contohnya:
1. Memblok paket yang datang dari sebuah IP
# iptables -I INPUT -s 192.168.0.149 -j REJECT
Peritah di atas digunakan untuk memblok paket dari IP 192.168.0.149. Ada 2 opsi yang digunakan sebenarnya yaitu DROP dan REJECT. Perbedaan dari keduanya adalah kalau REJECT, perintah ini akan memblok paket namun akan memberitahukan bahwa paket tersebut ditolak.
Sedangkan kalau DROP, perintah ini akan memblok paket namun tidak diberitahu apakah paket tersebut ditolak atau tidak.
2. Menghapus iptables
# iptables -D INPUT 3
Menghapus iptables pada tabel input di baris ke 3
# iptables -F
Menghapus seluruh iptables
# iptables -F FORWARD
Menghapus seluruh iptables yang hanya berada di tabel forward
3. Menutup Port
# iptables -A INPUT -p tcp --dport 22 -j REJECT
Perintah di atas memblok port 22 yang biasa digunakan untuk ssh
# iptables -A INPUT -p tcp -i eth0 --dport 23 -j REJECT
Perintah di atas memblok port 22 yang biasa digunakan untuk telnet
# iptables -I INPUT -s 192.168.0.250 -p tcp --dport 23 -j REJECT
Perintah di atas untuk memblok service telnet dari IP 192.168.0.250
4. Melihat tabel iptables
# iptables -L
Perintah di atas digunakan untuk melihat daftar (list) iptables
# iptables -L --line-number
Perintah di atas digunakan untuk melihat daftar (list) iptables dan disertai dengan nomor baris
# iptables -L -v --line-number
Perintah di atas digunakan untuk melihat daftar (list) iptables dan disertai dengan nomor baris serta dengan mode verbose
# iptables -L -v --line-number -t nat
Perintah di atas digunakan untuk melihat daftar (list) iptables dan disertai dengan nomor baris dengan mode verbose serta menampilkan tabel NAT
5. Mengubah Policy
# iptables -P INPUT DROP
Mengubah chain INPUT menjadi DROP
# iptables -P OUTPUT DROP
Mengubah chain OUTPUT menjadi DROP
# iptables -P FORWARD DROP
Mengubah chain FORWARD menjadi DROP
6. Lain-Lain
# iptables -A INPUT -m mac -mac-source 00-14-85-47-85-E5
Memblok komputer yang mempunyai mac address 00-14-85-47-85-E5
# iptables -A INPUT -p tcp -m multiport --source-port 22,53,80
Memblok port-port 22,53, dan 80
7. Menggunakan Log
Untuk menggunakan log di dalam iptables, maka kita harus menambahkan skrip di file file syslog.conf pada folder /etc. Di dalam skrip tersebut, tambahkan skrip sebagai berikut:
kern.* /var/log/firewall.log
Setelah itu, simpan file tersebut dan restart syslog dengan cara:
# service syslog restart
Dengan demikian, segala hal yang terjadi pada iptables akan dicatat di /var/log/firewall.log Penentuan posisi log juga berpengaruh terhadap pencatatan log itu sendiri. Sebaiknya posisi log ditempatkan di baris paling atas karena akan mencatat segala yang terjadi pada paket-paket sebelum paket-paket tersebut diperlakukan sesuai dengan rule yang ada di dalam iptables. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut. Kita akan membuat server linux di vmwaredengan 2 ethernet. eth0 dengan IP 192.168.0.248 dan eth1 dengan IP 192.168.2.2. Lalu di iptables kita buat aturan sebagai berikut:
# iptables -P INPUT DROP
# iptables -I INPUT -s 192.168.0.1 -d 192.168.0.248 -j ACCEPT
# iptables -A INPUT -p ALL -m state --state NEW -j LOG --log-prefix "IPTABLES: (INPUT-REJECT)"
# iptables -A INPUT -i eth1 -j REJECT
Perintah pertama dapat dijelaskan bahwa policy default untuk rantai INPUT adalah DROP yang berarti akan memblok seluruh inputan. Perintah iptables kedua akan menerima inputan dari IP 192.168.0.1 dengan tujuan IP 192.168.0.248. Perintah iptables ketiga akan mencatat seluruh inputan yang mencoba masuk ke server selain yang sudah ditentukan. Perintah iptables keempat akan memblok seluruh inputan yang menuju eth1 atau yang ber- IP 192.168.2.2. Sekarang coba ping 192.168.0.248 dari komputer yang ber-IP 192.168.0.1,
Contoh yang lain lagi misalnya kita mempunyai IP publik yang ada di eth1 dan kita ingin memblok seluruh IP publik yang ada untuk mengakses IP publik kita, namun kita juga ingin mengetahui IP-IP mana saja yang mengakses IP Publik kita maka sintaksnya seperti berikut:
# iptables -I INPUT -p All -i eth1 -s ! 192.168.0.0/24 -m state --state NEW -j LOG --log-prefix "IPTABLES: (INPUT-REJECT) "
# iptables -A INPUT -i eth1 -s ! 192.168.0.0/24 -j REJECT
Sintaks di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh IP akan ditolak namun hanya IP-IP publik saja yang akan di catat dalam log
Membackup dan merestore iptables
Jika kita sudah mengatur konfigurasi iptables, maka sebaiknya kita langsung menyimpan iptables tersebut. Karena jika tidak, konfigurasi iptables kita akan hilang jika server kita restart atau kita menggunakan perintah restart iptables dan kita harus menyusunnya kembali. Berikut adalah langkah-langkah untuk menyimpan iptables:
# service iptables save
# service iptables save
Maka perintah-perintah iptables akan disimpan di file iptables pada folder /etc/sysconfig. Jika misalnya kita sudah menyimpan iptables yang sudah kita konfigurasi sebelumnya, maka jika server kita restart atau iptables kita restart maka iptables kita bisa terestore secara otomatis. Untuk merestore iptables yang sudah kita simpan sebelumnya, maka ketikkan perintah:
# service iptables restart
# service iptables restart
maka iptables yang sudah kita simpan akan terestore kembali.
Catatan Untuk membuat IPtables
Jika kita ingin membuat sebuah rule di iptables, maka kita harus mengerti tujuan dari rule yang kita buat sendiri. Setelah itu, kita baru membuat rule-rule tersebut menurut sintaks yang sudah ditetapkan iptables. Jika sudah, kita harus melakukan beberapa pengujian. Uji apakah port-port yang ditutup masih dapat diakses atau tidak. Jika port yang sudah ditutup sudah tidak dapat diakses, berarti aturan yang kita terapkan sudah berjalan dengan baik. Begitu juga dengan port atau service yang dibuka oleh iptables. Jika semua berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan maka sebaiknya segera disimpan iptables tersebut. Iptables sendiri merupakan tools yang sangat kompleks dan memiliki banyak kemampuan. Pada intinya, sesuaikan saja kebutuhan yang ingin kita terapkan dalam jaringan kita, kemudian gunakan option IPtables yang sesuai dengan kebutuhan kita.
0 komentar:
Posting Komentar